Sexinogen
Prof. Munawar
mempunyai dua orang anak dan seorang istri yang sangat setia sepanjang karir
hidupnya. Dia sering mengajak keluarganya kamping di sebuah gunung dekat kota
tempat tinggalnya. Kegiatan itu biasa mereka lakukan di akhir pecan. Jika orang
orang percaya bahwa makan makanan sehat, istirahat cukup dan rutin berolah raga
dapat memperpanjang usia, dia percaya bahwa naik gunung dapat memperpanjang
usia.
Munawar adalah seorang yang serius dalam
bidangnya. Dia menjalankan sebuah proyek penelitian selama beberapa tahun
terakhir.
Sekarang
umurnya 43 tahun, 5 tahun yang lalu dia memulai sebuah penelitian ilmiah yang
di pimpin olehnya di sebuah Universitas dimana dia mengajar. Namun seminggu
yang lalu proyek itu terpaksa dihentikan karena menurut para petinggi yang
mendanai proyek tersebut menganggapnya tak masuk akal dan sia-sia. Selain itu bawahan-bawahan
yang dulunya membantu menjalankan proyek tersebut mulai meninggalkanya. Di
akhir akhir riwayat penelitianya dia hanya dibantu mahasiswa mahasiswa kutu
buku yang senang meneliti tentang alien
dan teori kiamat.
Dia
begitu berambisi untuk memulai penelitianya sejak bertemu orang tua misterius
di jalanan sepi tempat dia biasa berjalan saat berangkat bekerja. Orang tua itu
menawarkan barang-barang semacam mainan berbentuk aneh dengan kereta
belanjanya. Orang tua itu berkata padanya,”Aku berumur 1038 tahun, aku bahkan
tidak lupa, aku hidup jauh lebih lama dari semua orang yang pernah kau kenal,
bahkan aku hampir seumuran dengan pohon itu (dia menujuk pohon besar di pojok
jalan). Pohon itu ditanam oleh seorang kuli kasar awak kapal dari Italia. Kau
mungkin tak percaya padaku, tapi lihatlah warga yang meninggal dikotamu, mereka
mati tanpa sebab yang nyata, mereka tak tahu rahasia umur panjang sepertiku.
Aku juga mengenalmu, kau adalah anak paling jelek disekolahmu, kau mungkin
ingat padaku, aku sering memberimu permen sepulangmu dari sekolah (lelaki itu
mengingatnya). Tapi kurasa sebentar lagi aku akan mati, aku mulai melihat hal
hal yang aneh. Apa kau akan membeli salah satu perkakasku ini?”.
Satu
satunya alasan Munawar tetap mendengarkan orang tua ini adalah karena lelaki
ini bodoh, namun menjadi benar-benar beralasan saat dia ingat orang tua yang
mengenakan pakaian seperti orang Eskimo memberinya permen paling enak yang
penah dia makan seumur hidupnya. Seingatnya dia seharusnya sudah mati, saat dia
9 tahun orang tua ini sekitar limapulu tahun, umur orang tua ini bahkan seperti
hanya bertambah tua lima tahun.
“Aku
ingin mebeli satu dari barang-barang ini, yang mana menurutmu yang paling bagus
dari mainan mainanmu ini?”. Kemudian orang tua itu menyahut,”ini untukmu, yang
satu ini adalah mahakaryaku yang paling kukagumi, kau tau apa yang bisa
dilakukan seorang yang berumur panjang sepertiku, aku bisa melakukan penemuan
yang hebat, aku mencintai ilmu pengetahuan sepertimu”. Orang tua itu memberikan
tongkat logam pendek dengan ujung berbentuk hati berkilauan. “Bagaimana aku
menggunakanya?” Tanya Munawar penasaran. “Kau pergilah ke Kutub Selatan pada bulan
Oktober, lalu pada tanggal lima belas, hadapkan tongkat ini ke langit lalu akan
muncul sinar yang terang dari tongkat ini, saat itulah kau dapat pergi
menjelajah waktu, kau dapat pergi ke zaman apapun semaumu, ini ambilah tukar
saja dengan jam tanganmu, aku akan pergi, udaranya sangat dingin disini”.
Munawar
tau dia tak akan pergi ke kutub selatan, dia hanya menaruh tongkat ajaib itu di
gudang. Menjelajah waktu, mungkin memang orang tua itu gila.
Orang
tua dan semua ocehan tidak masuk akalnya itu mengganggu pikiranya selama
berminggu-minggu. Dia tak bisa berkonsentrasi dengan baik dalam segala hal,
meski dia tak terlalu melakukan banyak hal, teh pagi hari, mengajar, membaca
dan makan malam. Sejak saat itu pula dia mulai menjadi seorang perokok berat.
Satu
hal yang membuat dia tertarik adalah rahasia umur panjangnya, dia membayangkan
apa yang bisa dia lakukan jika mempunyai usia sepanjang itu. Dan semua misteri
ilmu pengetahuan membuatnya begitu bersemangat seperti kucing bermain tali
sepatu. Sejak saat itulah dia mulai mencari tau segala sesuatu tentang rahasia
berumur panjang. Dia mengerahkan segala kemampuanya untuk hal ini. Dia membaca
banyak buku dari segala bidang pengetahuan.
Akhirnya, petualangan studi tak
masuk akalnya berujung pada gagasan yang dia tak bisa atau tak mau
menyangkalnya. Dia tau mengapa hampir semua manusia tak mampu hidup lebih dari
seratus tahun. Teorinya yang ditemukanya menjelaskan bahwa yang menyebabkan hal
ini adalah oksigen. Menurutnya oksigen memperpendek umur manusia, oksigen
membuat manusia tak mampu hidup lebih lama dari seratus tahun. Dia membaca
sejarah manusia, jaman dahulu manusia dapat hidup dengan usia yang sangat
panjang begitu juga dengan Nabi, meskipun kadang terdengar seperti mitos, dia
juga tak menemukan di buku sejarah manapun yang dia baca bahwa orang orang
berumur panjang itu menghirup oksigen untuk bernafas. Lagipula oksigen hanyalah
sebuah nama, begitu juga dengan gas-gas yang lain.
Munculah ide gilanya untuk meneliti
tentang kandungan gas-gas dalam udara, temasuk meneliti tentang oksigen. Dia
mendapat dukungan dari banyak pihak untuk menindak lanjuti penelitianya ini.
Namun setelah 5 tahun dan risetnya tak sampai kemana-mana, akhirnya risetnya
ditutup total.
Dia tak lantas menyerah sampai
disitu, dengan segala sesuatunya yang serba seadanya dia melanjutkan
penelitianya untuk menemukan gas lain yang bisa dihirup selain oksigen.
Sementara dia belum dapat menemukanya, dia berusaha sebaik mungkin untuk
mengurangi konsumsi oksigen untuk tubuhnya. Dia memulai kebiasaan menahan
nafas. Dia tau menahan nafas tak mungkin dapat membunuhnya. Itu adalah
kebiasaan yang agak sulit untuk dilakukanya. Namun setelah berminggu minggu,
berbulan-bulan, bertahun-tahun, kebiasaan itu mulai bersahabat denganya, hanya
seperti kebiasaan-kebiasaan lain. Makan, minum, bernafas, tidur, mandi dan
menahan nafas.
Seluruh hidupnya dia abdikan pada
penelitian ini, dia mulai jarang punya waktu untuk keluarganya, namun
menghabiskan waktu di gunung dengan istri dan anak-anaknya adalah perkecualian.
Istrinya mulai tak tahan dengan kelakuannya, menghabiskan hamper seluruh
waktunya di laboratorium cukup menyedihkan dan membuat keluarganya kacau.
Hingga akhirnya istri dan anak-anaknya meninggalkanya.
Pada umur 56 tahun dia terkena
kanker tenggorokan, karena kebiasaan merokonya. Dia mati-matian melawan
penyakitnya. Meskipun waktunya berkurang karena perawatan kesehatanya, dia tak
berhenti melakukan risetnya. Dia melakukan kemo dan sebagainya agar penyakitnya
hilang, hanya usia yang akan membunuhnya bukan kanker sialan yang
menggerogotinya, dan dia akan mempunyai umur yang sangat panjang.
Empat
tahun kemudian dia sembuh total dari kanker, dia kembali pada saat dia sehat.
Namun semangatnya mulai luntur dimakan percobaan-percobaan buntunya. Usianya
menginjak umur tujuhpuluh tahun, namun banyak veteran-veteran perang yang gemar
mengulangi cerita masa mudanya mempunyai umur yang sama, itu tak mengejutkan.
Dia berhenti melakukan penelitianya, meski dia masih sangat sehat, dia putus
asa. Dia menghabiskan waktu bermain catur, mengajar di universitas, merawat
halaman rumah dan menonton televisi. Istrinya meninggal pada usia delapan puluh
tahun. Anak-anaknya hidup bahagia bersama keluarganya, dan mengunjunginya
beberapa bulan sekali.
Baru
di usia seratus satu tahun dia berniat kembali melakukan penelitianya yang
sudah cukup lama terbengkalai. Seratus satu tahun cukup membuatnya kembali
bersemangat, hanya sekian persen dari umat manusia yang seumuran denganya.
Sudah pasti itu karena dia terbiasa sering menahan nafas, orang-orang tak
berdaya yang berada dipekuburan ataupun mereka yang sudah menjadi abu tak
melakukanya. Namun, berbulan-bulan kemudian tetap saja belum ada kemajuan yang
berarti.
Dia kembali berteman dengan Tuhan, Tuhan yang
manapun, dia hanya punya satu. Dia berdoa di suatu malam sebelum dia tidur.
Setelah ratusan jam dia tak tidur, dua pil tidur cukup membuatnya tidur.
Dia
bermimpi dalam tidurnya. Dia sedang memancing di tepi sungai. Begitu tenang,
jernih dan membahagiakan. Kemudian seekor beruang besar datang dari tengah
hutan. Munawar menyadarinya karena suara mengerikanya. DIa bergegas mengambil
pisau dan lari sekencang kencangnya. Seberapa kencang larinya dia terasa berat
mengangkat kedua kakinya, dia seperti melayang dan ada yang menahan kaki kakinya.
Sekuat tenaga dia berlari, beruang itu seperti menempel di belakang
punggungnya, dia tak bisa menghindar. Lalu dia menyerah dan berhenti berlari,
dia memandang mata gelap beruang itu seraya berkata dalam kepalanya, doa apa
yang baru kupanjatkan sehingga Tuhan mengirim beruang keparat ini. Beruang
besar mengenakan kostum biru dan kain
merah berkibar di punggungnya. “Apa Tuhan sudah gila”, kata Munawar dalam hati.
Kemudian
dia terkejut setengah mati mendengar beruang itu dapat berbicara. “Aku tak akan
menyakitimu, berhentilah berlari, kau tak tau betapa tersiksanya aku berlari
dengan tubuh sebesar ini dan sayap sialan ini, Siapa namamu?”, kata si beruang.
“Munawar, tak terlalu bagus tapi mudah diingat”, balas lelaki ini. “Aku Barbie,
senang bertemu denganmu”. Kemudian Munawar mulai tertawa, nama beruang itu
menggelitiknya, ketawanya mulai keras dan beruang itu juga mulai ikut tertawa
bersamanya, mereka tertawa terbahak-bahak bersama. Sudah bertahun tahun Munawar
tak tertawa seceria ini. “Berhentilah menertawakanya, itu pemberian orang
tuaku, jangan menghinanya”, pinta sang beruang. “baiklah, apa kau juga minum
teh dengan sesamamu, menggosip dan berbelanja barang barang mewah?”, jawab
lelaki ini seiring tertawanya yang mulai berkurang. “Terserah, ayo kerumahku
dan masak ikan ikanmu”, ajak si beruang dan Munawar menerima tawaran ramah itu.
Mereka pergi ke rumah sang beruang yang berbentuk sepatu raksasa.
Mereka
mengobrol panjang lebar sambil menikmati ikan bakarnya. Munawar mulai bercerita
tentang penelitian gilanya. Tak disangka berung itu tertarik dengan
penelitianya. Beruang itu ingin membantunya, dia mengajaknya ke laboratorium
miliknya. Betapa terkejutnya Munawar. Mereka mulai mengerjakan risetnya
bersama. Setelah beberapa hari mereka berhasil menyelesaikanya. Dan seiring
dengan itu Munawar memutuskan untuk pergi, dia sangat berterima kasih atas
bantuan Barbie. Setelah keluar dari pintu rumah sepatu itu, Munawar menemukan
dirinya terbangun di tempat tidurnya.
Dia
langsung bergegas dengan tergesa-gesa pergi ke laboratorium pribadinya dan
melanjutkan risetnya seperti apa yang sudah dilakukanya bersama Beruang aneh
dalam mimpinya. Perasaan bahagia yang tak bisa digambarkan dengan apapun,
meluap seperti tsunami, dia tak pernah merasa sebahagia ini setelah hari
pernikahannya dan hari kelahiran kedua anaknya. Dia berhasil melakukan penemuan
besar, penelitianya berhasil. Dia menemukan gas lain selain oksigen yang dapat
diagunakanya untuk bernafas. Dia menyebutnya Sexinogen. Dia juga berhasil
menciptakan alat yang dapat menyaringnya dari udara dan di pasangnya di dalam
hidungnya.
Dia
hidup ratusan tahun dan mendekati angka seribu. Dia melakukan banyak penemuan.
Hanya ilmu pengetahuanlah yang membuatnya tak bosan melalui kehidupan. Penemuan
terbesarnya adalah dia menciptakan alat teleportasi. Dia dapat pergi kemana
saja dalam sekejap. Dia tak percaya penyihir tapi dia melakukanya seperti
penyihir.
Menjelang
umur seribu tahunya, dia teringat sesuatu dimasa mudanya. Dia teringat tongkat
hati yang diberikan orang tua itu. Sekarang dia percaya dengan semua yang
dikatakanya, termasuk berfungsinya tongkat ajaib itu. Dengan alat
teleportasinya, sekarang dia bisa pergi ke kutub.
Bulan
Oktober, seperti yang orang tua itu katakan, dia pergi ke kutub. Dia tak
menemukan apapun selain salju dan beruang. Hidup seribu tahun memberikanya
cukup waktu untuk belajar bahasa beruang. Dia bercerita jika dia juga pernah
bertemu dengan beruang dalam mimpinya yang membantunya menyelesaikan riset
menakjubkanya. Pergaulanya dengan para suku eskimo memberinya aktivitas
menyenangkan sebelum tengah bulan Oktober datang.
Pada
saatnya tiba, dia melakukan apa yang dikatakan orang tua itu. Dia mengarahkan
tongkat ajaib itu kelangit. Tongkat itu mulai bercahaya, semakin terang dan
lelaki tua ini menghilang. Dia benar-benar menjelajah waktu.