6
Menurut
cerita historical Ibuku saat aku berbuat kurang ajar terhadap bi Ratmi, dia
adalah salahsatu orang yang pertamakali mendengan tangisanku dan lisa mergema
di rumahku. Saat itu, ibuku yang sedang membutuhkan pembantu rumah tangga,direkomendasikan
oleh pembantu tetangga yang tidak lain adalah saudara tertua bi Ratmi yang
meninggal karena digigit laba-laba beracun yang langka untuk memperkerjakanya yang
saat itu dia masih pengangguran dan menjadi primadona di kampungnya.Satu lagi
adik perempuanya, Lasmi, dipekerjakan di toko ayahku. Tiga bersaudara itu
sama-sama memiliki wajah cembung dengan dahi lebar dan rambut hitam lurus
dengan gaya ikal kampungan, dan untuk bi Ratmi, dia disokong perpaduan dagu dan
hidung yang berpotensi untuk membuatnya lebih cantik jika dia mau menambah
berat badanya sekitar delapan kilo.
Dia
menikahi seorang pak tukang bangunan yang terkenal dengan kepiawanya mengolah
batubata, mendirikan rumah, dan memasang berbagai macam keramik.Secara
sarkastik bi Ratmi pernah bercerita, pernikahanya berawal dari penolakan
suaminya terhadap wanita yang dijodohkan oleh orang tuanya karena dia memiliki
tahi lalat sebesar biji kacang diatas bibir kirinya. Jika bukan karena tahi
lalat itu, mungkin transformasi abnormalku yang kelak menimpaku akan terganggu
dan mengubah keseluruhan ceritaku. Namun dengan pernikahanya dan kemudian pak
tukang—pak Harjo memberi istrinya restu untuk bekerja dirumahku setelah
observasinya pada keluargaku saat merenofasi atap rumahku. Keluarga kami lulus
menjadi calon majikan yang akan menampung istrinya dengan sangat layak. Jika
kupikir-pikir, saat itu mengingat ibuku dan dia masih amatir dalam hal menjadi
majikan dan pembantu, dan kecenderungan mereka yang pendiam, pasti lucu.
Dengan
cara pembantunya, dia menyayangiku: seperti saat dia membuntutiku yang sedang
bermain petak umpet untuk menyuapiku setelah dia putus asa membuatku berhenti
bermain dan menyuruhku makan siang di meja makan; juga saat dia dengan lemah
lembut membersihkan aspal setengah kering dari kedua lenganku yang kuperoleh
dari—betapa idiotnya diriku bermain denganya saat kontruksi pembetulan jalan;
dan saat dia dengan kakunya memarahi temanku yang kepergok memanggilku Evanya
yang menyerupai gadis ini.
Jika
kuputar lebih jauh mesin waktuku, sebelum muka cembung ini memutuskan untuk
membantu mengurus keluargaku, dia pernah memiliki sejarah ganjil yang menurut
mitos, saat umurnya duabelas tahun, dia pernah menghilang secara misterius
selama tiga hari karena diculik makhluk halus berpayudara sebesar bola basket
wewe gombel.. Saat dia kembali—dengan misterius juga tentunya—dia menjadi orang
bodoh, IQnya turun dari 117 menjadi 72 (tentu saja hanya berdasar perhitungan sok
tauku), dan dua kali tidak naik kelas karenanya.Aku senang saat bercerita
tentang hal ini pada teman-teman SDku (nama bi Ratmi kusamarkan menjadi tokoh
fiksi), mereka begitu antusias dan menganggapinya secara berlebihan, seperti
dodi yang merinding, Eli yang menangis, dan Roni yang dengan kebohonganya mengarang
cerita serupa. Semitos-mitosnya cerita ini bagi para pendengar, cerita ini
berhasil menakutiku untuk tidak keluyuran saat adzan maghrib berkumandang, dan
membuat tempat-tempat strategis dirumahku seperti toilet dan dapur menjadi
horror saat malam hari selama berbulan-bulan.Namun seberapa bodoh dan mitosnya
bi Ratmi, dia mengemban tugasnya sebaik-baiknya.
Coba
kuingat dulu, apa lagi yang kutahu. Pada awal tahun delapan puluhan, setelah
kelahiranku, dia mulai kerepotan merawatku dan Lisa, dengan didukung
iming-iming tetangganya yang berhasil membangun rumah dengan pergi bekerja
merantau ke batam, dia ingin melakukan hal serupa.Ayahku yang mendengar berita
ini karena bi Ratmi bertanya-tanya tentang passport padanya, menurutnya pergi
ke tempat yang jauh butuh pasport (apa kubilang: 72). Namun
dengan rencana licik ayahku yang tak mau kehilanganya, dengan rutin dia meminta
bi Ratmi membacakan Grapes of Wrathnya
Steinbeck padaku sebelum tidur, dia langsung mengurungkan niatnya
bertepatan dengan kematian si mantan
pendeta dan Joad yang babak belur.Sebenarnya mungkin wanita kampong ini tak tau
dimana sebenarnya Oklahama atau California, dia hanya tau kampungnya, jalan
dari kampungnya kerumahku dan wilayah dalam radius 9 kilometer dari rumahku
(termasuk pasar). Tapi dia merasakan hal sama bahwa perjalanan yang jauh bisa
sangat berbahaya dan orang-orang diluar sana mungkin akan memperlakukanya
seperti kotoran walet.
0 critic:
Posting Komentar