No pen, no ink, no table, no room, no time, no quiet, no inclination.

-James Joyce-

Rabu, 30 April 2014

Catch 22 by Joseph Heller (1961)

Catch 22 by Joseph Heller (1961)

Saya tertawa ketika membaca Lolita, MiddleSex, Catcher in The Rye; atau Nonton Stand up Comedy dan Spongebob, tapi tidak se-tertawa saat membaca buku ini. Jika kalian pernah menonton film karya Quentin Tarantino seperti Pulp Fiction, Inglerious Bastard, Django Unchained atau lainya, kalian akan mengerti gaya comedy yg mendekati serupa dengan buku ini yang innocence, absurd, sarcastic, konyol dan kadang tidak masuk akal tapi membuat pembacanya tertawa terpingkal-pingkal hingga saat di waktu kemudian kita mengingat kembali masih tertawa.
Cerita berfokus pada seorang pengebom pesawat tempur bernama Yosarian (What the fuck name is Yosarian?) di sebuah pangkalan perang. Para soldiers bergiliran untuk terbang untuk melakukan misi, mereka hanya bisa dipulangkan jika sudah mencapai jumlah misi yang ditargetkan. Namun seiring waktu, jumlah target misi yang harus dipenuhi terus meningkat dan tak satupun pulang dari perang, mereka terperangkap dalam pangkalan perang yang mebuat gila. Novel ini menggambarkan tingkah laku orang orang di pangkalan perang dengan sangat absurd—absurd dan merangkul karakter-karakter yang sangat banyak sehingga sulit diikuti, namun tidak begitu sulit diterjemahkan.  Novel ini mungkin salah satu satire tentang perang yg paling keren. Catch-22 sendiri dalam bukunya dijelaskan sebagai berikut: Anyone who wants to get out of combat duty isn’t really crazy. Catch-22 specified that a concern for one’s own safety in the face of dangers that were real and immediate was the process of a rational mind. Someone who was crazy could be grounded. All he had to do was ask; and as soon as he did, he would no longer be crazy and would have to fly more missions. He would be crazy to fly more mission and sane if he didn’t, but if he was sane he had to fly them. If he flew them he was crazy and didn’t have to; but if he didn’t want to he was sane and had to.Yang intinya insting untuk keselamatan dari bahaya adalah sifat rasional pikiran manusia, jika seseorang gila dia akan dikurung dan tidak perlu melakukan misi, jika dia bilang bahwa dia tidak gila lagi maka dia akan dibebaskan dan harus melakukan misi. Jika mereka melakukan misi, dia menjadi gila, tp jika dia tidak ingin melakukan misi, berari dia waras dan berarti harus melakukan misi.


0 critic:

Posting Komentar