No pen, no ink, no table, no room, no time, no quiet, no inclination.

-James Joyce-

Senin, 09 Maret 2015

Chapter 6

6
            Menurut cerita historical Ibuku saat aku berbuat kurang ajar terhadap bi Ratmi, dia adalah salahsatu orang yang pertamakali mendengan tangisanku dan lisa mergema di rumahku. Saat itu, ibuku yang sedang membutuhkan pembantu rumah tangga,direkomendasikan oleh pembantu tetangga yang tidak lain adalah saudara tertua bi Ratmi yang meninggal karena digigit laba-laba beracun yang langka untuk memperkerjakanya yang saat itu dia masih pengangguran dan menjadi primadona di kampungnya.Satu lagi adik perempuanya, Lasmi, dipekerjakan di toko ayahku. Tiga bersaudara itu sama-sama memiliki wajah cembung dengan dahi lebar dan rambut hitam lurus dengan gaya ikal kampungan, dan untuk bi Ratmi, dia disokong perpaduan dagu dan hidung yang berpotensi untuk membuatnya lebih cantik jika dia mau menambah berat badanya sekitar delapan kilo.
            Dia menikahi seorang pak tukang bangunan yang terkenal dengan kepiawanya mengolah batubata, mendirikan rumah, dan memasang berbagai macam keramik.Secara sarkastik bi Ratmi pernah bercerita, pernikahanya berawal dari penolakan suaminya terhadap wanita yang dijodohkan oleh orang tuanya karena dia memiliki tahi lalat sebesar biji kacang diatas bibir kirinya. Jika bukan karena tahi lalat itu, mungkin transformasi abnormalku yang kelak menimpaku akan terganggu dan mengubah keseluruhan ceritaku. Namun dengan pernikahanya dan kemudian pak tukang—pak Harjo memberi istrinya restu untuk bekerja dirumahku setelah observasinya pada keluargaku saat merenofasi atap rumahku. Keluarga kami lulus menjadi calon majikan yang akan menampung istrinya dengan sangat layak. Jika kupikir-pikir, saat itu mengingat ibuku dan dia masih amatir dalam hal menjadi majikan dan pembantu, dan kecenderungan mereka yang pendiam, pasti lucu.
            Dengan cara pembantunya, dia menyayangiku: seperti saat dia membuntutiku yang sedang bermain petak umpet untuk menyuapiku setelah dia putus asa membuatku berhenti bermain dan menyuruhku makan siang di meja makan; juga saat dia dengan lemah lembut membersihkan aspal setengah kering dari kedua lenganku yang kuperoleh dari—betapa idiotnya diriku bermain denganya saat kontruksi pembetulan jalan; dan saat dia dengan kakunya memarahi temanku yang kepergok memanggilku Evanya yang menyerupai gadis ini.
            Jika kuputar lebih jauh mesin waktuku, sebelum muka cembung ini memutuskan untuk membantu mengurus keluargaku, dia pernah memiliki sejarah ganjil yang menurut mitos, saat umurnya duabelas tahun, dia pernah menghilang secara misterius selama tiga hari karena diculik makhluk halus berpayudara sebesar bola basket wewe gombel.. Saat dia kembali—dengan misterius juga tentunya—dia menjadi orang bodoh, IQnya turun dari 117 menjadi 72 (tentu saja hanya berdasar perhitungan sok tauku), dan dua kali tidak naik kelas karenanya.Aku senang saat bercerita tentang hal ini pada teman-teman SDku (nama bi Ratmi kusamarkan menjadi tokoh fiksi), mereka begitu antusias dan menganggapinya secara berlebihan, seperti dodi yang merinding, Eli yang menangis, dan Roni yang dengan kebohonganya mengarang cerita serupa. Semitos-mitosnya cerita ini bagi para pendengar, cerita ini berhasil menakutiku untuk tidak keluyuran saat adzan maghrib berkumandang, dan membuat tempat-tempat strategis dirumahku seperti toilet dan dapur menjadi horror saat malam hari selama berbulan-bulan.Namun seberapa bodoh dan mitosnya bi Ratmi, dia mengemban tugasnya sebaik-baiknya.
            Coba kuingat dulu, apa lagi yang kutahu. Pada awal tahun delapan puluhan, setelah kelahiranku, dia mulai kerepotan merawatku dan Lisa, dengan didukung iming-iming tetangganya yang berhasil membangun rumah dengan pergi bekerja merantau ke batam, dia ingin melakukan hal serupa.Ayahku yang mendengar berita ini karena bi Ratmi bertanya-tanya tentang passport padanya, menurutnya pergi ke tempat yang jauh butuh pasport (apa kubilang: 72). Namun dengan rencana licik ayahku yang tak mau kehilanganya, dengan rutin dia meminta bi Ratmi membacakan Grapes of Wrathnya Steinbeck padaku sebelum tidur, dia langsung mengurungkan niatnya bertepatan  dengan kematian si mantan pendeta dan Joad yang babak belur.Sebenarnya mungkin wanita kampong ini tak tau dimana sebenarnya Oklahama atau California, dia hanya tau kampungnya, jalan dari kampungnya kerumahku dan wilayah dalam radius 9 kilometer dari rumahku (termasuk pasar). Tapi dia merasakan hal sama bahwa perjalanan yang jauh bisa sangat berbahaya dan orang-orang diluar sana mungkin akan memperlakukanya seperti kotoran walet.



0 critic:

Posting Komentar